Buat kawan2 yang berada di indonesia yang ingin menikmati dan ingin ber akhir tahun di kerinci jalur kerinci di buka dan kemungkinan besar bisa di naiki oleh kawan2 dengan catatan menjaga kelestarian dan ke bersamaan dan terlebih menjaga kebersihan bagi yang ingin naik bisa hubungi MASKER (Mapala STAIN Kerinci).
Devisi Gunung Hutan kami siap menemani saudara2 yang hendak menikmati alam kerinci...
By : Devisi Gunung Hutan MASKER (BOBO)
Selasa, 21 Desember 2010
Minggu, 31 Oktober 2010
Penghijauan Masker
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti yang telah diketahui, letak gedung STAIN Kerinci ini, berada di tengah lahan pertanian. Dengan keadaan tanah yang merupakan tanah kerukan dan ditimbun di atas lahan kosong.
Berdasar sebuah kenyataan sekaligus ironi, kami dari MAPALA STAIN Kerinci selaku duta penghijauan STAIN Kerinci mengadakan kegiatan penghijauan. Melalui kegiatan ini diharapkan terwujud suatu lingkungan Kampus yang indah, rindang, dan sejuk dalam rangka menunjang suasana perkuliahan di STAIN Kerinci, sehingga nantinya meningkatlan mutu pendidikan khususnya di STAIN Kerinci.
Selain menciptakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan perkuliahan, kegitan penghijauan ini dapat menjadi suatu elemen kecil Taman Kampus yang turut serta mengurangi pemanasan global dengan sumbangan oksigen dari tumbuhan yang ditanam.
Kegiatan ini melibatkan semua Badan Eksekutif Mahasiswa dan Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di STAIN Kerinci untuk berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan ini. Sehingga seluruh komponen STAIN Kerinci baik dari Mahasiswa maupun dari Dosen akan mengikuti kegiatan penghijauan ini sebagai perwujudan rasa kebersamaan dan solidaritas antar warga STAIN Kerinci. Oleh karena dengan kegiatan yang positif ini diharapkan akan tercipta suatu Kampus yang berwawasan lingkungan di STAIN Kerinci.
Kami selaku panitia kegitan penghijauan akan berusaha maksimal, sehingga mendapatkan hasil yang terbaik bagi STAIN Kerinci. Oleh karena itu, kami sangat memohon paertisipasi seluruh warga STAIN Kerinci untuk memeriahkan dan ikut andil dalam mensukseskan kegiatan penghijauan di STAIN Kerinci agar program kegiatan-kegiatan yang telah direncakan dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan kita bersama. Selain itu sebagai makhluk sosial yang selalu tidak pernah bisa berdiri sendiri kami mengharapkan kesedian untuk memberikan bantuan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari segi moral, finansial maupun meterial dari berbagai pihak, karena semua hal di dunia hanya bisa terselesaikan dengan kerja sama kelompok bukan kerja individual.
B. TEMA
EVERGREEN CAMPUS
Let’s Refresh Our Environment
“Refresh” adalah sebuah kata yang bermakna menyegarkan kembali. Seperti yang kita ketahui bahwa bumi dalam keadaan sebelumnya adalah segar, sejuk, rindang. Namun karena kemajuan jaman dan hasrat akan materi oleh manusia, bumi menjadai seperti sekarang. Untuk itu sangatlah tepat jika kata yang menyegarkan kembali menjadi tema dalam kegiatan itu.
“Our Environment” bermakna bahwa yang akan disegarkan kembali itu adalah milik kita bersama. Sebagai pemilik bersama maka kita pun harus memelihara dan merawat bersama pula.
Jadi, marilah bersama-sama menyegarkan kembali lingkungan kita. Yang tak lain adalah milik kita. Agar kita nyaman hidup di dalamnya.
C. DASAR
Adapun dasar pemikiran dari kegiatan penghijauan ini antara lain :
1. Artikel dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_Global yang menyatakan bahwa salah satu cara mengurangi efek pemanasan global adalah dengan carbon sequestration (menghilangkan karbon) yaitu dengan menanam lebih banyak pohon.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MAPALA Stain Kerinci.
3. Program kerja MAPALA STAIN Kerinci 2010-2011 tentang penghijauan Kampus.
D. TUJUAN
1. Menciptakan suasana yang indah, rindang, dan sejuk untuk menunjang kegiatan perkuliahan yang tak lain adalah kegiatan pengglembengan calon penerus tongkat estafet kepemimpinan.
2. Mengurangi dampak pemansan global yang berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia.
3. Mewujudkan rasa kebersamaan dan solidaritas serta mempererat tali silaturahmi dan juga persaudaraan antar warga STAIN Kerinci.
4. Menciptakan kesadaran kepada semua orang bahwa akibat-akibat besar berasal dari sebab-sebab kecil.
5. Menciptakan STAIN Kerinci yang berwawasan lingkungan dengan melibatkan seluruh warga STAIN Kerinci.
BAB II
PELAKSANAAN
A. PENANAMAN POHON
· Sasaran
Kegiatan penanaman pohon ini ditujukan untuk seluruh warga STAIN Kerinci.
· Rincian Kegiatan
1. Pembagian zona penanaman
Seluruh zona kosong di STAIN Kerinci dibagi menjadi 22 zona. Zona 1 – zona 20 adalah zona untuk Mahasiswa, yang dimana menjadi pertanggung jawaban setiap UKM. Zona 21 dan 200 adalah zona yang menjadi pertanggung jawaban Mapala STAIN Kerinci.
2. Penanaman Pohon
Penanaman pohon akan dilaksanakan dalam satu tempo. Dengan rincian kegiatan yaitu pembersihan zona, penggalian tanah dengan ketentuan luas 20 cm x 20 cm dan kedalaman 1m, dan yang terakhir penanaman pohon. Untuk bibit telah
hari, tanggal : 2010
tempat : Zona yang ditentukan
waktu : pukul 07.00 WIB
BAB III
GREEN TEAM
STAIN KERINCI
Penanggung Jawab :
:
Ketua Pelaksana :
:
Sekretaris :
Bendahara :
Perencanaan :
Koordinator Lapangan :
Sie Kegiatan :
1. Sie Koordinasi Mahaiswa :
2. Sie Peralatan :
3. Sie Pendanaan :
4. Sie Sosialisasi :
5. Sie Dokumentasi :
BAB IV
KEBUTUHAN MATERIAL
No | Nama alat yang di butuh kan | @ | Banyak yang di butuhkan |
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 | Pagar bambu 40 x 40 Cm Bibit Tanaman Poly bag Pupuk Spanduk Logistik Transportasi Operasional Panitia Baju Atk | Rp.25.000 - - - Rp.180.000 Rp.15.000 Rp.15.000 Rp.350.000 Rp.40.000 Rp. 200.000 | 25.000X 1001 pagar 1001 Rp.180.00 x 2 = Rp.360.00 Rp.15000 x 200 Org = Rp.3.00.000 Rp.15000 x 20 Org = Rp.300.000 Rp.40.000 x 200 lembar = Rp.8.000.000 |
| Jumlah = Rp. |
BAB V
PENUTUP
Kami selaku panitia ‘EVERGREEN CAMPUS STAIN Kerinci mengharapkan partisipasi dan kerjasama dari segala pihak, terutama dari seluruh warga STAIN Kerinci untuk ikut andil dalam mensukseskan kegiatan penghijauan di STAIN Kerinci. Selain itu, dukungan dan bantuan Anda baik dari segi moral maupun material sangat kami butuhkan demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan ini.
Demikian proposal ini kami buat sebagai dasar dan acuan dalam melaksanakan kegiatan penghijauan yang merupakan kegiatan peduli lingkungan warga STAIN Kerinci terutama terhadap pemanasan global yang terjadi saat ini. Kami selalu berharap agar segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar dengan harapan.
Kami menyadari bahwa proposal ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, karena kata sempurna hanya untuk Tuhan semata sehingga kami memohon maaf atas segala keslahan dan kekhilafan yang telah kami buat dalam pembuatan proposal ini. Dan kami juga mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
Lembar Pengesahan
Ketua Umum MAPALA STAIN Kerinci Y O L A N D A Mpl.04.Gkt.37 | Panitia Pelaksana Grenn Team MAPALA STAIN KERINCI ......................... Mpl.03.Mst |
Mengetahui,
Pembina MAPALA STAIN Kerinci
Toni indra yadi . S.pd
NIP. 1
Rabu, 20 Oktober 2010
Senin, 18 Oktober 2010
Selasa, 12 Oktober 2010
Buat Syukran
MPL 01 KRC 02 |
Selamat menempuh hidup baru sobat,
Semoga menjadi keluarga sakinah jangan lupa ya undang-undah untuk semua anggota mu
(By Alunk)
Rabu, 29 September 2010
Kota Majapahit di Trowulan
Kakawin Nagarakretagama, pupuh VIII-XII, merupakan sumber tertulis yang penting untuk mengetahui gambaran Kota Majapahit sekitar tahun 1350 M. Kota pada masa itu bukanlah kota dalam arti modern, demikian pernyataan Pigeaud (1962), ahli sejarah kebangsaan Belanda, dalam kajiannya terhadap Nagarakretagama karya Prapanca. Ia menyimpulkan, Majapahit bukan kota yang dikelilingi tembok, melainkan sebuah komplek permukiman besar yang meliputi sejumlah komplek yang lebih kecil, di mana satu sama lain dipisahkan oleh lapangan terbuka. Tanah-tanah lapang digunakan untuk kepentingan publik, seperti pasar dan tempat-tempat pertemuan.
Tembok batu merah tebal lagi tinggi mengitari keraton. Itulah benteng Keraton Majapahit. Pintu besar di sebelah barat yang disebut "Purawuktra" menghadap ke lapangan luas. Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan. Di tepi benteng "Brahmastana”, berderet-deret memanjang dan berbagai-bagai bentuknya. Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga Paseban.
Sketsa rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924) berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.
Itulah salah satu cuplikan dari Nagarakretagama yang menggambarkan salah satu bagian dari ibu kota Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca. Di mana reruntuhannya? Sebagian besar para pakar arkeologi memercayai dan menempatkannya di Trowulan. Mengapa Trowulan? Hal ini bermula dari penelitian yang dilakukan oleh Wardenaar atas perintah Raffles pada 1815 untuk mengamati tinggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Dalam laporannya ia selalu menyebutkan, “in het bosch van Majapahit” untuk tinggalan budaya yang ditemukan di Mojokerto, khususnya Trowulan.
Raffles sendiri dalam bukunya History of Java menyebutkan “remains of gateway at Majapahit called Gapura Jati Pasar” ketika menyebut Candi Waringin Lawang, dan menyebut “one of the gateway of Majapahit” ketika menyebut Candi Brahu. Anggapan-anggapan tersebut kemudian diyakinkan lagi oleh Maclains Pont, seorang arsitek Belanda, yang menggali hampir seluruh penjuru Trowulan. Hasilnya berupa sejumlah besar pondasi bangunan, saluran air yang tertutup dan terbuka, serta waduk-waduk.
Uraian Nagarakretagama tentang Kota Majapahit telah dicari lokasinya di lapangan oleh Maclains Pont dari tahun 1924-1926. Ia berhasil membuat sketsa “kota” Majapahit di Situs Trowulan. Benteng kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi. Secara makro, bentuk Kota Majapahit menyerupai bentuk mandala candi berdenah segi empat dan terdapat gapura masuk di keempat sisinya, sedangkan keraton terletak di tengah-tengah. Selain itu terdapat kediaman para prajurit dan punggawa, pejabat pemerintah pusat, para menteri, pemimpin keagamaan, para kesatria, paseban, lapangan Bubat, kolam segaran, tempat pemandian, dan lain-lain.
Situs Trowulan sendiri berada dalam wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 70 km ke arah barat daya dari Surabaya. Dalam areal seluas 9 x 11 km itu dapat dilihat bangunan-bangunan bata berupa candi, gapura, kolam, dan salurah-saluran air di muka tanah maupun di bawah tanah, yang seluruhnya mengindikasikan sebuah kota yang sudah cukup maju untuk masa itu.
Mengenai seberapa luas kota Majapahit dan dimana batas-batasnya, menurut penelitian terakhir berdasarkan temuan yoni, adalah di sebelah barat daya Trowulan, di Labak Jabung, sebelah tenggara Trowulan, dan Klinterejo di sebelah timur laut Trowulan. Sedangkan titik ke empat mestinya di Dusun Tugu dan Bodas di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Dengan ditemukannya situs arkeologi pada titik keempat, dapat dihitung luas bidang dari keempat titik, sehingga diperkirakan luas bidang Kota Majapahit sekitar 11 x 9 km, yang memanjang utara-selatan.
Pada tahun 1981 keberadaan kanal-kanal dan waduk-waduk di Situs Trowulan semakin pasti diketahui melalui studi foto udara yang ditunjang oleh pengamatan di lapangan dengan pendugaan geoelektrik dan geomagnetik. Dari hasil penelitian kerja sama Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan Ditlinbinjarah, UGM, ITB, dan Lapan, diketahui bahwa Situs Trowulan berada di ujung kipas aluvial vulkanik yang sangat luas, memiliki permukaan tanah yang landai dan baik sekali bagi tata guna tanah (Karina Arifin, 1983). Waduk-waduk Baureno, Kumitir, Domas, Kraton, Kedungwulan, Temon, dan kolam-kolam buatan seperti Segaran, Balong Dowo, dan Balong Bunder, yang semuanya terdapat di Situs Trowulan, letaknya dekat dengan pangkal kipas aluvial Jatirejo.
Melalui pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur yang membujur timur-barat terdiri atas 8 jalur, sedangkan jalur-jalur yang melintang utara-selatan terdiri atas 6 jalur. Selain jalur-jalur yang bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak menyerong. "Berdasarkan uji lapangan pada jalur-jalur dari foto udara, ternyata jalur-jalur tersebut adalah kanal-kanal, sebagian masih ditemukan tembok penguat tepi kanal dari susunan bata," ujar Karina Arifin.
Lebar kanal-kanal berkisar 35-45 meter. Kanal yang terpendek panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya. Kanal ini panjangnya sekitar 5 kilometer. Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang segi empat yang lebih kecil.
Istana dan Raja
Berita Cina yang ditulis oleh Ma Huan sewaktu mengikuti perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) ke Jawa memberikan penjelasan mengenai keadaan masyarakat Majapahit pada abad XV. Antara lain, bahwa kota Majapahit terletak di pedalaman Jawa. Istana raja dikelilingi tembok tinggi lebih dari 3 zhang, pada salah satu sisinya terdapat “pintu gerbang yang berat” (mungkin terbuat dari logam). Tinggi atap bangunan antara 4-5 zhang, gentengnya terbuat dari papan kayu yang bercelah-celah (sirap).
Raja Majapahit tinggal di istana, kadang-kadang tanpa mahkota, tetapi sering kali memakai mahkota yang terbuat dari emas dan berhias kembang emas. Raja memakai kain dan selendang tanpa alas kaki, dan ke mana pun pergi selalu memakai satu atau dua bilah keris. Apabila raja keluar istana, biasanya menaiki gajah atau kereta yang ditarik lembu. Penduduk Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Penduduk memakai kain dan baju, kaum lelaki berambut panjang dan terurai, sedangkan perempuannya bersanggul. Setiap anak laki-laki selalu membawa keris yang terbuat dari emas, cula badak, atau gading
Tata Kota
Kerajaan Majapahit, selain mempunyai ibu kota sebagai pusat pemerintahan dan tempat kedudukan raja serta para pejabat kerajaan, juga merupakan pusat magis bagi seluruh kerajaan. Ditinjau dari konsep kosmologi, wujud ibu kota Majapahit dianggap sebagai perwujudan jagad raya, sedangkan raja identik dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Gunung Mahameru (Semeru).
Keberadaan Kota Majapahit menurut konsep tersebut memiliki tiga unsur, yaitu:
1. unsur gunung (replikanya dibentuk candi),
2. unsur sungai (replikannya dibentuk kanal),
3. unsur laut (replikanya dibentuk waduk).
Nagarakretagama menyebutkan bahwa susunan bangunan di istana meliputi tempat tinggal raja dan keluarganya, lapangan manguntur, pemukiman para pendeta, dan rumah-rumah jaga pegawai kerajaan. Rumah di dalam istana indah, bagus, dan kuat. Ibu kota Majapahit dikelilingi oleh raja-raja daerah dan kota-kota lain. Di sekitar istana tempat kedudukan raja terdapat tempat-tempat kedudukan raja-raja daerah (paduka bhatara) serta para pajabat/pembesar kerajaan.
Pupuh VIII
1. Tersebut keajaiban kota: tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura. Pintu barat
bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit. Pohon
brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam. Di situlah
tempat tunggu para tanda, terus menerus meronda menjaga paseban.
2. Di sebelah utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir. Di sebelah timur: panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat. Di bagian utara, di selatan pecan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat indah. Di Selatan jalan perempat: balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra.
3. Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang
watangan. Yang meluas ke empat arah; bagian utara paseban pujangga dan menteri.
Bagian timur paseban pendeta Siwa-Buddha, yang bertugas membahas upacara.
Pada masa gerhana bulan Palguna, demi keselamatan seluruh dunia.
4. Di sebelah timur, pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa. Di selatan
tempat tinggal wipra utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban. Bertegak
di halaman sebelah barat; di utara tempat Buddha bersusun tiga. Puncaknya penuh
berukir; berhamburan bunga waktu raja turun berkorban.
5. Di dalam, sebelah selatan Manguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban. Rumah
bagus berjajar mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga lebat. Agak jauh di
sebelah barat daya: panggung tempat berkeliaran para perwira. Tepat di tengah-
tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai berkicau.
6. Di dalam, di selatan, ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua.
Dibuat bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri. Semua
balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela. Para prajurit silih
berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.
Pupuh XII
1. Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng. Timur tempat tinggal
pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja. Selatan Buddha-sangga dengan
Rangkanadi sebagai pemuka. Barat tempat para arya, menteri, dan sanak-kadang
adiraja.
2. Di timur tersekat lapangan, menjulang istana ajaib. Raja Wengker dan rani Daha
penaka Indra dan Dewi Saci. Berdekatan dengan istana raja Matahun dan rani
Lasem. Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta.
3. Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi. Di situ menetap patih Daha,
adinda Sri Paduka di Wengker. Batara Narpati, termashur sebagai tulang punggung
praja. Cinta-taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak.
4. Di timur laut, rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada. Menteri wira, bijaksana,
setia bakti kepada negara. Fasih bicara, teguh tangkas, tenang, tegas, cerdik, lagi
jujur. Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda negara.
5. Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus. Sebelah timur perumahan
Siwa, sebelah barat Buddha. Terlangkahi rumah para menteri, para arya, dan satria.
Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura.
6. Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang. Menandingi bulan
dan matahari, indah tanpa upama. Negara-negara di Nusantara dengan Daha bagai
pemuka. Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta.
Sistem Perairan Masa Majapahit
Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk, kanal, kolam, dan saluran air, yang sampai sekarang masih ditemukan sisa-sisanya. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa pemerintah Majapahit membuat bangunan air tersebut untuk kepentingan irigasi pertanian dan sarana mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air, serta pengendali banjir.
Hasil penelitian membuktikan terdapat sekitar 20 waduk kuno yang tersebar di dataran sebelah utara daerah Gunung Anjasmoro, Welirang, dan Arjuno. Waduk Baureno, Kumitir, Domas, Temon, Kraton, dan Kedung Wulan adalah waduk-waduk yang berhubungan dengan Kota Majapahit yang letaknya di antara Kali Gunting di sebelah barat dengan Kali Brangkal di sebelah timur. Hanya waduk Kedung Wulan yang tidak ditemukan lagi sisa-sisa bangunannya, baik dari foto udara maupun di lapangan.
Waduk Baureo adalah waduk terbesar yang terletak 0,5 km dari pertemuan Kali Boro dengan Kali Landean. Bendungannya dikenal dengan sebutan Candi Lima. Tidak jauh dari Candi Lima, gabungan sungai tersebut bersatu dengan Kali Pikatan, membentuk Kali Brangkal. Bekas waduk ini sekarang merupakan cekungan alamiah yang ukurannya besar dan dialiri oleh beberapa sungai. Seperti halnya Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusak dan yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, misalnya Waduk Domas yang terletak di utara Waduk Baureno; Waduk Kumitir (Rawa Kumitir) yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; Waduk Kraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temon yang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya Waduk Kumitir.
Di samping waduk-waduk tersebut, di Trowulan terdapat tiga kolam buatan yang letaknya berdekatan, yaitu Segaran, Balong Bunder, dan Balong Dowo. Kolam Segaran memperoleh air dari saluran yang berasal dari Waduk Kraton. Balong Bunder sekarang merupakan rawa yang terletak 250 meter di sebelah selatan Kolam Segaran. Balong Dowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah barat daya Kolam Segaran. Hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengan dinding-dinding tebal di keempat sisinya, sehingga terlihat merupakan bangunan air paling monumental di Kota Majapahit.
Kolam Segaran pertama kali ditemukan oleh Maclaine Pont pada 1926. Kolam ini berukuran panjang 375 meter dan lebar 175 meter dan dalamnya sekitar 3 meter, membujur arah timurlaut–baratdaya. Dindingnya dibuat dari bata yang direkatkan tanpa bahan perekat. Ketebalan dinding 1,60 meter. Di sisi tenggara terdapat saluran masuk, sedangkan di sisi barat laut terdapat saluran keluar menuju ke Balong Dowo dan Balong Bunder.
Foto udara yang dibuat pada tahun 1970-an di wilayah Trowulan dan sekitarnya memperlihatkan dengan jelas adanya kanal-kanal berupa jalur-jalur yang bersilangan saling tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan barat-timur. Juga terdapat jalur-jalur yang agak menyerong dengan lebar bervariasi, antara 35-45 m atau hanya 12 m, dan bahkan 94 m yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas penduduk masa kini.
Kanal-kanal di daerah pemukiman, berdasarkan pengeboran yang pernah dilakukan, memperlihatkan adanya lapisan sedimentasi sedalam 4 m; dan pernah ditemukan susunan bata setinggi 2,5 meter yang memberi kesan bahwa dahulu kanal-kanal tersebut diberi tanggul, seperti di tepi kanal yang terletak di daerah Kedaton yang lebarnya 26 meter diberi tanggul. Kanal-kanal itu ada yang ujungnya, berakhir di Waduk Temon dan Kali Gunting; dan sekurang-kurangnya tiga kanal berakhir di Kali Kepiting, di selatan Kota Majapahit. Kanal-kanal yang cukup lebar menimbulkan dugaan bahwa fungsinya bukan sekadar untuk mengairi sawah (irigasi), tetapi mungkin juga untuk sarana transportasi yang dapat dilalui oleh perahu kecil.
Kanal, waduk, dan kolam buatan ini didukung pula oleh saluran-saluran air yang lebih kecil, yang merupakan bagian dari sistem jaringan air di Majapahit. Di wilayah Trowulan, gorong-gorong yang dibangun dari bata sering ditemukan dengan ukurannya cukup besar, yang memungkinkan orang dewasa untuk masuk ke dalamnya. Candi Tikus yang merupakan pemandian (petirtaan) misalnya, mempunyai gorong-gorong yang besar untuk menyalurkan airnya ke dalam dan ke luar candi. Selain gorong-gorong atau saluran bawah tanah, banyak pula ditemukan saluran terbuka untuk mengairi sawah-sawah, serta temuan pipa-pipa terakota yang kemungkinan besar digunakan untuk menyalurkan air ke rumah-rumah, serta selokan-selokan dari susunan bata di antara sisa-sisa rumah-rumah kuno. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat Majapahit telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi dan pengendalian air.
Melihat banyak dan besarnya bangunan-bangunan air, dapat diperkirakan bahwa pembangunan dan pemeliharaannya membutuhkan suatu sistem organisasi yang teratur. Hal ini terbukti dari pengetahuan dana teknologi yang mereka miliki, yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan banjir dan menjadikan pusat kota terlindungi serta aman dihuni.
Sampai sekarang, baik dari prasasti maupun naskah kuno, tidak diperoleh keterangan mengenai kapan waduk dan kanal-kanal tersebut dibangun serta berapa lama berfungsinya. Rusaknya bangunan-bangunan air tersebut mungkin diawali oleh letusan Gunung Anjasmoro tahun 1451, yang membawa lapisan lahar tebal yang membobol Waduk Baureno dan merusak sistem jaringan air yang ada. Candi Tikus yang letaknya di antara Waduk Kumitir dan Waduk Kraton bahkan seluruhnya pernah tertutup oleh lahar.
Keadaan kerajaan yang kacau karena perebutan kekuasaan ditambah dengana munculnya kekuasaan baru di daerah pesisir, mengakibatkan kerusakan bangunan air tidak dapat diperbaiki seperti sediakala. Erosi dan banjir yang terus menerus mengakibatkan daerah ini tidak layak huni dan perlahan-lahan ditinggalkan oleh penghuninya.
Kota-kota Besar Kerajaan
Perkampungan dan Dusun
Tidak diketahui secara pasti bagaimana bentuk rumah tradisional peninggalan Kerajaan Majapahit yang sesungguhnya. Dari sejumlah artefak yang ditemukan yang berkaitan dengan okupasi kerajaan, sulit rasanya untuk memberikan contoh baku prototipe rumah zaman Majapahit. Namun, ada segopok artefak dari tanah liat bakar berupa miniatur rumah dan temuan struktur bangunan yang diduga sebagai tipikal rumah Majapahit.
Ekskavasi di Trowulan tahun 1995 menunjukkan adanya struktur bangunan berupa kaki dari tanah yang diperkuat dengan susunan batu yang berspesi tanah setebal 1 cm, membentuk sebuah batur rumah. Denah batur berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran 5,20 x 2,15 meter dan tinggi sekitar 60 cm. Di sisi utara terdapat sebuah struktur tangga bata yang terdiri dari 3 anak tangga. Dari keberadaan dan tata letak tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini menghadap ke utara dengan deviasi sekitar 90 55 derajat ke timur, seperti juga orientasi hampir dari semua arah struktur bangunan yang ada di Situs Trowulan.
Pada kedua sisi kaki bangunan terdapat selokan terbuka selebar 8 cm dan dalam 10 cm. Depan kaki bangunan selokan itu mengikuti bentuk denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dari satuan-satuan bata sehingga struktur selokan lebih kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat. Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari 200 pecahan genteng dan 70 pecahan bubungan dan kemuncak, serta ukel (hiasan dari terakota yang ditempatkan di bawah jurai atap bangunan).
Struktur halaman bangunannya amat menarik dan unik. Tanah halaman ditutup dengan struktur yang berkotak-kotak, dan masing-masing kotak dibatasi dengan bata yang dipasang rebah di keempat sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-batu bulat memenuhi seluruh bidang. Tutupan semacam ini berfungsi untuk menghindari bila halaman menjadi becek ketika hujan turun. Belum pernah ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa ditemukan di selatan situs Segaran II.
Dari temuan itu dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didirikan di atas batur setinggi 60 cm. Kemungkinan bangunan dibuat dari kayu (papan) dan bukan dari bata karena di sekitar areal bangunan tidak ditemukan bata dalam jumlah yang besar sesuai dengan volume bangunannya. Mungkin tubuh bangunan dibuat dari kayu (papan) atau anyaman bambu jenis gedek atau bilik. Tiang-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di Situs Trowulan, karena tak ada satu pun umpak yang ditemukan di sekitar bangunan.
Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan diperkirakan memunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat, ditutup dengan susunan genteng berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 24 x 13 x 0,9 cm dengan jumlah sekitar 800 -1.000 keping genteng yang menutupinya. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel.
Rekonstruksi bangunan rumah yang didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs tersebut, dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sezaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dari terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk; (2) rumah-rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan (3) rumah-rumah di Bali.
Lepas dari status sosial penghuni rumah ini, ada hal lain yang menarik, yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni rumah ini, telah menggabungkan antara segi fungsi dengan estetika. Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk menghindari genangan air dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam bingkai bata. Di sekeliling bangunan terdapat selokan terbuka yang bagian dasarnya berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi pula dengan sebuah jambangan air dari terakota yang besar dan kendi berhias, yang memberikan kesan sebuah halaman rumah yang tertata apik. Di sebelah timur terdapat beberapa struktur bata yang belum berhasil diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya merupakan salah satu komplek. Bangunan yang berada dalam satu halaman seluas 200-an meter persegi tersebut dikelilingi oleh pagar seperti yang dapat kita saksikan di Bali sekarang.
Kepustakaan
Muljana, Slamet. 2006. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Yogyakarta: LKiS.
Tembok batu merah tebal lagi tinggi mengitari keraton. Itulah benteng Keraton Majapahit. Pintu besar di sebelah barat yang disebut "Purawuktra" menghadap ke lapangan luas. Di tengah lapangan itu mengalir parit yang mengelilingi lapangan. Di tepi benteng "Brahmastana”, berderet-deret memanjang dan berbagai-bagai bentuknya. Di situlah tempat tunggu para perwira yang sedang meronda menjaga Paseban.
Sketsa rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924) berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.
Itulah salah satu cuplikan dari Nagarakretagama yang menggambarkan salah satu bagian dari ibu kota Majapahit seperti yang digambarkan oleh Prapanca. Di mana reruntuhannya? Sebagian besar para pakar arkeologi memercayai dan menempatkannya di Trowulan. Mengapa Trowulan? Hal ini bermula dari penelitian yang dilakukan oleh Wardenaar atas perintah Raffles pada 1815 untuk mengamati tinggalan arkeologi di daerah Mojokerto. Dalam laporannya ia selalu menyebutkan, “in het bosch van Majapahit” untuk tinggalan budaya yang ditemukan di Mojokerto, khususnya Trowulan.
Raffles sendiri dalam bukunya History of Java menyebutkan “remains of gateway at Majapahit called Gapura Jati Pasar” ketika menyebut Candi Waringin Lawang, dan menyebut “one of the gateway of Majapahit” ketika menyebut Candi Brahu. Anggapan-anggapan tersebut kemudian diyakinkan lagi oleh Maclains Pont, seorang arsitek Belanda, yang menggali hampir seluruh penjuru Trowulan. Hasilnya berupa sejumlah besar pondasi bangunan, saluran air yang tertutup dan terbuka, serta waduk-waduk.
Uraian Nagarakretagama tentang Kota Majapahit telah dicari lokasinya di lapangan oleh Maclains Pont dari tahun 1924-1926. Ia berhasil membuat sketsa “kota” Majapahit di Situs Trowulan. Benteng kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi. Secara makro, bentuk Kota Majapahit menyerupai bentuk mandala candi berdenah segi empat dan terdapat gapura masuk di keempat sisinya, sedangkan keraton terletak di tengah-tengah. Selain itu terdapat kediaman para prajurit dan punggawa, pejabat pemerintah pusat, para menteri, pemimpin keagamaan, para kesatria, paseban, lapangan Bubat, kolam segaran, tempat pemandian, dan lain-lain.
Situs Trowulan sendiri berada dalam wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 70 km ke arah barat daya dari Surabaya. Dalam areal seluas 9 x 11 km itu dapat dilihat bangunan-bangunan bata berupa candi, gapura, kolam, dan salurah-saluran air di muka tanah maupun di bawah tanah, yang seluruhnya mengindikasikan sebuah kota yang sudah cukup maju untuk masa itu.
Mengenai seberapa luas kota Majapahit dan dimana batas-batasnya, menurut penelitian terakhir berdasarkan temuan yoni, adalah di sebelah barat daya Trowulan, di Labak Jabung, sebelah tenggara Trowulan, dan Klinterejo di sebelah timur laut Trowulan. Sedangkan titik ke empat mestinya di Dusun Tugu dan Bodas di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Dengan ditemukannya situs arkeologi pada titik keempat, dapat dihitung luas bidang dari keempat titik, sehingga diperkirakan luas bidang Kota Majapahit sekitar 11 x 9 km, yang memanjang utara-selatan.
Pada tahun 1981 keberadaan kanal-kanal dan waduk-waduk di Situs Trowulan semakin pasti diketahui melalui studi foto udara yang ditunjang oleh pengamatan di lapangan dengan pendugaan geoelektrik dan geomagnetik. Dari hasil penelitian kerja sama Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan Ditlinbinjarah, UGM, ITB, dan Lapan, diketahui bahwa Situs Trowulan berada di ujung kipas aluvial vulkanik yang sangat luas, memiliki permukaan tanah yang landai dan baik sekali bagi tata guna tanah (Karina Arifin, 1983). Waduk-waduk Baureno, Kumitir, Domas, Kraton, Kedungwulan, Temon, dan kolam-kolam buatan seperti Segaran, Balong Dowo, dan Balong Bunder, yang semuanya terdapat di Situs Trowulan, letaknya dekat dengan pangkal kipas aluvial Jatirejo.
Melalui pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur yang membujur timur-barat terdiri atas 8 jalur, sedangkan jalur-jalur yang melintang utara-selatan terdiri atas 6 jalur. Selain jalur-jalur yang bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak menyerong. "Berdasarkan uji lapangan pada jalur-jalur dari foto udara, ternyata jalur-jalur tersebut adalah kanal-kanal, sebagian masih ditemukan tembok penguat tepi kanal dari susunan bata," ujar Karina Arifin.
Lebar kanal-kanal berkisar 35-45 meter. Kanal yang terpendek panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya. Kanal ini panjangnya sekitar 5 kilometer. Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang segi empat yang lebih kecil.
Istana dan Raja
Berita Cina yang ditulis oleh Ma Huan sewaktu mengikuti perjalanan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) ke Jawa memberikan penjelasan mengenai keadaan masyarakat Majapahit pada abad XV. Antara lain, bahwa kota Majapahit terletak di pedalaman Jawa. Istana raja dikelilingi tembok tinggi lebih dari 3 zhang, pada salah satu sisinya terdapat “pintu gerbang yang berat” (mungkin terbuat dari logam). Tinggi atap bangunan antara 4-5 zhang, gentengnya terbuat dari papan kayu yang bercelah-celah (sirap).
Raja Majapahit tinggal di istana, kadang-kadang tanpa mahkota, tetapi sering kali memakai mahkota yang terbuat dari emas dan berhias kembang emas. Raja memakai kain dan selendang tanpa alas kaki, dan ke mana pun pergi selalu memakai satu atau dua bilah keris. Apabila raja keluar istana, biasanya menaiki gajah atau kereta yang ditarik lembu. Penduduk Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Penduduk memakai kain dan baju, kaum lelaki berambut panjang dan terurai, sedangkan perempuannya bersanggul. Setiap anak laki-laki selalu membawa keris yang terbuat dari emas, cula badak, atau gading
Tata Kota
Kerajaan Majapahit, selain mempunyai ibu kota sebagai pusat pemerintahan dan tempat kedudukan raja serta para pejabat kerajaan, juga merupakan pusat magis bagi seluruh kerajaan. Ditinjau dari konsep kosmologi, wujud ibu kota Majapahit dianggap sebagai perwujudan jagad raya, sedangkan raja identik dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Gunung Mahameru (Semeru).
Keberadaan Kota Majapahit menurut konsep tersebut memiliki tiga unsur, yaitu:
1. unsur gunung (replikanya dibentuk candi),
2. unsur sungai (replikannya dibentuk kanal),
3. unsur laut (replikanya dibentuk waduk).
Nagarakretagama menyebutkan bahwa susunan bangunan di istana meliputi tempat tinggal raja dan keluarganya, lapangan manguntur, pemukiman para pendeta, dan rumah-rumah jaga pegawai kerajaan. Rumah di dalam istana indah, bagus, dan kuat. Ibu kota Majapahit dikelilingi oleh raja-raja daerah dan kota-kota lain. Di sekitar istana tempat kedudukan raja terdapat tempat-tempat kedudukan raja-raja daerah (paduka bhatara) serta para pajabat/pembesar kerajaan.
Pupuh VIII
1. Tersebut keajaiban kota: tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura. Pintu barat
bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit. Pohon
brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam. Di situlah
tempat tunggu para tanda, terus menerus meronda menjaga paseban.
2. Di sebelah utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir. Di sebelah timur: panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat. Di bagian utara, di selatan pecan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat indah. Di Selatan jalan perempat: balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra.
3. Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang
watangan. Yang meluas ke empat arah; bagian utara paseban pujangga dan menteri.
Bagian timur paseban pendeta Siwa-Buddha, yang bertugas membahas upacara.
Pada masa gerhana bulan Palguna, demi keselamatan seluruh dunia.
4. Di sebelah timur, pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa. Di selatan
tempat tinggal wipra utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban. Bertegak
di halaman sebelah barat; di utara tempat Buddha bersusun tiga. Puncaknya penuh
berukir; berhamburan bunga waktu raja turun berkorban.
5. Di dalam, sebelah selatan Manguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban. Rumah
bagus berjajar mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga lebat. Agak jauh di
sebelah barat daya: panggung tempat berkeliaran para perwira. Tepat di tengah-
tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai berkicau.
6. Di dalam, di selatan, ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua.
Dibuat bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri. Semua
balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela. Para prajurit silih
berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.
Pupuh XII
1. Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng. Timur tempat tinggal
pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja. Selatan Buddha-sangga dengan
Rangkanadi sebagai pemuka. Barat tempat para arya, menteri, dan sanak-kadang
adiraja.
2. Di timur tersekat lapangan, menjulang istana ajaib. Raja Wengker dan rani Daha
penaka Indra dan Dewi Saci. Berdekatan dengan istana raja Matahun dan rani
Lasem. Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta.
3. Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi. Di situ menetap patih Daha,
adinda Sri Paduka di Wengker. Batara Narpati, termashur sebagai tulang punggung
praja. Cinta-taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak.
4. Di timur laut, rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada. Menteri wira, bijaksana,
setia bakti kepada negara. Fasih bicara, teguh tangkas, tenang, tegas, cerdik, lagi
jujur. Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda negara.
5. Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus. Sebelah timur perumahan
Siwa, sebelah barat Buddha. Terlangkahi rumah para menteri, para arya, dan satria.
Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura.
6. Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang. Menandingi bulan
dan matahari, indah tanpa upama. Negara-negara di Nusantara dengan Daha bagai
pemuka. Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta.
Sistem Perairan Masa Majapahit
Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk, kanal, kolam, dan saluran air, yang sampai sekarang masih ditemukan sisa-sisanya. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa pemerintah Majapahit membuat bangunan air tersebut untuk kepentingan irigasi pertanian dan sarana mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air, serta pengendali banjir.
Hasil penelitian membuktikan terdapat sekitar 20 waduk kuno yang tersebar di dataran sebelah utara daerah Gunung Anjasmoro, Welirang, dan Arjuno. Waduk Baureno, Kumitir, Domas, Temon, Kraton, dan Kedung Wulan adalah waduk-waduk yang berhubungan dengan Kota Majapahit yang letaknya di antara Kali Gunting di sebelah barat dengan Kali Brangkal di sebelah timur. Hanya waduk Kedung Wulan yang tidak ditemukan lagi sisa-sisa bangunannya, baik dari foto udara maupun di lapangan.
Waduk Baureo adalah waduk terbesar yang terletak 0,5 km dari pertemuan Kali Boro dengan Kali Landean. Bendungannya dikenal dengan sebutan Candi Lima. Tidak jauh dari Candi Lima, gabungan sungai tersebut bersatu dengan Kali Pikatan, membentuk Kali Brangkal. Bekas waduk ini sekarang merupakan cekungan alamiah yang ukurannya besar dan dialiri oleh beberapa sungai. Seperti halnya Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusak dan yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, misalnya Waduk Domas yang terletak di utara Waduk Baureno; Waduk Kumitir (Rawa Kumitir) yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; Waduk Kraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temon yang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya Waduk Kumitir.
Di samping waduk-waduk tersebut, di Trowulan terdapat tiga kolam buatan yang letaknya berdekatan, yaitu Segaran, Balong Bunder, dan Balong Dowo. Kolam Segaran memperoleh air dari saluran yang berasal dari Waduk Kraton. Balong Bunder sekarang merupakan rawa yang terletak 250 meter di sebelah selatan Kolam Segaran. Balong Dowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah barat daya Kolam Segaran. Hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengan dinding-dinding tebal di keempat sisinya, sehingga terlihat merupakan bangunan air paling monumental di Kota Majapahit.
Kolam Segaran pertama kali ditemukan oleh Maclaine Pont pada 1926. Kolam ini berukuran panjang 375 meter dan lebar 175 meter dan dalamnya sekitar 3 meter, membujur arah timurlaut–baratdaya. Dindingnya dibuat dari bata yang direkatkan tanpa bahan perekat. Ketebalan dinding 1,60 meter. Di sisi tenggara terdapat saluran masuk, sedangkan di sisi barat laut terdapat saluran keluar menuju ke Balong Dowo dan Balong Bunder.
Foto udara yang dibuat pada tahun 1970-an di wilayah Trowulan dan sekitarnya memperlihatkan dengan jelas adanya kanal-kanal berupa jalur-jalur yang bersilangan saling tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan barat-timur. Juga terdapat jalur-jalur yang agak menyerong dengan lebar bervariasi, antara 35-45 m atau hanya 12 m, dan bahkan 94 m yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas penduduk masa kini.
Kanal-kanal di daerah pemukiman, berdasarkan pengeboran yang pernah dilakukan, memperlihatkan adanya lapisan sedimentasi sedalam 4 m; dan pernah ditemukan susunan bata setinggi 2,5 meter yang memberi kesan bahwa dahulu kanal-kanal tersebut diberi tanggul, seperti di tepi kanal yang terletak di daerah Kedaton yang lebarnya 26 meter diberi tanggul. Kanal-kanal itu ada yang ujungnya, berakhir di Waduk Temon dan Kali Gunting; dan sekurang-kurangnya tiga kanal berakhir di Kali Kepiting, di selatan Kota Majapahit. Kanal-kanal yang cukup lebar menimbulkan dugaan bahwa fungsinya bukan sekadar untuk mengairi sawah (irigasi), tetapi mungkin juga untuk sarana transportasi yang dapat dilalui oleh perahu kecil.
Kanal, waduk, dan kolam buatan ini didukung pula oleh saluran-saluran air yang lebih kecil, yang merupakan bagian dari sistem jaringan air di Majapahit. Di wilayah Trowulan, gorong-gorong yang dibangun dari bata sering ditemukan dengan ukurannya cukup besar, yang memungkinkan orang dewasa untuk masuk ke dalamnya. Candi Tikus yang merupakan pemandian (petirtaan) misalnya, mempunyai gorong-gorong yang besar untuk menyalurkan airnya ke dalam dan ke luar candi. Selain gorong-gorong atau saluran bawah tanah, banyak pula ditemukan saluran terbuka untuk mengairi sawah-sawah, serta temuan pipa-pipa terakota yang kemungkinan besar digunakan untuk menyalurkan air ke rumah-rumah, serta selokan-selokan dari susunan bata di antara sisa-sisa rumah-rumah kuno. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat Majapahit telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi dan pengendalian air.
Melihat banyak dan besarnya bangunan-bangunan air, dapat diperkirakan bahwa pembangunan dan pemeliharaannya membutuhkan suatu sistem organisasi yang teratur. Hal ini terbukti dari pengetahuan dana teknologi yang mereka miliki, yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan banjir dan menjadikan pusat kota terlindungi serta aman dihuni.
Sampai sekarang, baik dari prasasti maupun naskah kuno, tidak diperoleh keterangan mengenai kapan waduk dan kanal-kanal tersebut dibangun serta berapa lama berfungsinya. Rusaknya bangunan-bangunan air tersebut mungkin diawali oleh letusan Gunung Anjasmoro tahun 1451, yang membawa lapisan lahar tebal yang membobol Waduk Baureno dan merusak sistem jaringan air yang ada. Candi Tikus yang letaknya di antara Waduk Kumitir dan Waduk Kraton bahkan seluruhnya pernah tertutup oleh lahar.
Keadaan kerajaan yang kacau karena perebutan kekuasaan ditambah dengana munculnya kekuasaan baru di daerah pesisir, mengakibatkan kerusakan bangunan air tidak dapat diperbaiki seperti sediakala. Erosi dan banjir yang terus menerus mengakibatkan daerah ini tidak layak huni dan perlahan-lahan ditinggalkan oleh penghuninya.
Kota-kota Besar Kerajaan
Perkampungan dan Dusun
Tidak diketahui secara pasti bagaimana bentuk rumah tradisional peninggalan Kerajaan Majapahit yang sesungguhnya. Dari sejumlah artefak yang ditemukan yang berkaitan dengan okupasi kerajaan, sulit rasanya untuk memberikan contoh baku prototipe rumah zaman Majapahit. Namun, ada segopok artefak dari tanah liat bakar berupa miniatur rumah dan temuan struktur bangunan yang diduga sebagai tipikal rumah Majapahit.
Ekskavasi di Trowulan tahun 1995 menunjukkan adanya struktur bangunan berupa kaki dari tanah yang diperkuat dengan susunan batu yang berspesi tanah setebal 1 cm, membentuk sebuah batur rumah. Denah batur berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran 5,20 x 2,15 meter dan tinggi sekitar 60 cm. Di sisi utara terdapat sebuah struktur tangga bata yang terdiri dari 3 anak tangga. Dari keberadaan dan tata letak tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini menghadap ke utara dengan deviasi sekitar 90 55 derajat ke timur, seperti juga orientasi hampir dari semua arah struktur bangunan yang ada di Situs Trowulan.
Pada kedua sisi kaki bangunan terdapat selokan terbuka selebar 8 cm dan dalam 10 cm. Depan kaki bangunan selokan itu mengikuti bentuk denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dari satuan-satuan bata sehingga struktur selokan lebih kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat. Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari 200 pecahan genteng dan 70 pecahan bubungan dan kemuncak, serta ukel (hiasan dari terakota yang ditempatkan di bawah jurai atap bangunan).
Struktur halaman bangunannya amat menarik dan unik. Tanah halaman ditutup dengan struktur yang berkotak-kotak, dan masing-masing kotak dibatasi dengan bata yang dipasang rebah di keempat sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-batu bulat memenuhi seluruh bidang. Tutupan semacam ini berfungsi untuk menghindari bila halaman menjadi becek ketika hujan turun. Belum pernah ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa ditemukan di selatan situs Segaran II.
Dari temuan itu dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didirikan di atas batur setinggi 60 cm. Kemungkinan bangunan dibuat dari kayu (papan) dan bukan dari bata karena di sekitar areal bangunan tidak ditemukan bata dalam jumlah yang besar sesuai dengan volume bangunannya. Mungkin tubuh bangunan dibuat dari kayu (papan) atau anyaman bambu jenis gedek atau bilik. Tiang-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di Situs Trowulan, karena tak ada satu pun umpak yang ditemukan di sekitar bangunan.
Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan diperkirakan memunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat, ditutup dengan susunan genteng berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 24 x 13 x 0,9 cm dengan jumlah sekitar 800 -1.000 keping genteng yang menutupinya. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel.
Rekonstruksi bangunan rumah yang didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs tersebut, dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sezaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dari terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk; (2) rumah-rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan (3) rumah-rumah di Bali.
Lepas dari status sosial penghuni rumah ini, ada hal lain yang menarik, yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni rumah ini, telah menggabungkan antara segi fungsi dengan estetika. Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk menghindari genangan air dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam bingkai bata. Di sekeliling bangunan terdapat selokan terbuka yang bagian dasarnya berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi pula dengan sebuah jambangan air dari terakota yang besar dan kendi berhias, yang memberikan kesan sebuah halaman rumah yang tertata apik. Di sebelah timur terdapat beberapa struktur bata yang belum berhasil diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya merupakan salah satu komplek. Bangunan yang berada dalam satu halaman seluas 200-an meter persegi tersebut dikelilingi oleh pagar seperti yang dapat kita saksikan di Bali sekarang.
Kepustakaan
Muljana, Slamet. 2006. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Yogyakarta: LKiS.
sekilas tentang STAIN KERINCI
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
Organisasi pembinaan Kemahasiswaan di STAIN Kerinci adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan dan peningkatan kecendikiawan serta integritas kepribadian.
Bentuk pembinaan Kemahasiswaan di tingkat STAIN Kerinci :
1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
3. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Organisasi pembinaan Kemahasiswaan ditingkat jurusan terdiri terdiri dari himpunan mahasiswa jurusan yang disingkat dengan (HMJ).
Organisasi pembinaan Kemahasiswaan ditingkat program studi terdiri terdiri dari Himpunan Mahasiswa Program Studi yang disingkat dengan (Himaprodi).
Organisasi pembinaan Kemahasiswaan ditingkat lokal terdiri terdiri dari Komisariat Mahasiswa yang disingkat dengan (KOSMA).
KEDUDUKAN TUGAS DAN FUNGSI
1. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
MPM STAIN berkedudukan di tingkat STAIN dan merupakan kelengkapan non struktural ditingkat STAIN
2. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
BEM STAIN berkedudukan di tingkat STAIN dan merupakan kelengkapan non struktural yang mempunyai tugas pokok :
a. Mewakili mahasiswa ditingkat STAIN baik kedalam maupun keluar
b. Menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa ditingkat STAIN
c. Merencanakan dan menetapkan Garis-garis Besar Program Kerja yang telah ditetapkan dalam siding pleno
d. Mengkoordinasi kegiatan yang bersifat umum interdisipliner
e. Memberikan saran, usul dan pendapat kepada pimpinan STAIN terutama yang berkenaan dengan fungsi dan perencanaan tujuan STAIN
f. Mengangkat dan memperhatikan Unit Kegiatan Mahasiiswa
g. Menilai dan mengevaluasi Unit Kegiatan Mahasiiswa
h. Mengkoordinasi kegiatan UKM, HMJ,Himaprodi
Disamping tugas pokok diatas BEM mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Perwakilan mahasiswa ditingkat STAIN baik kedalam maupun keluar
b. Penampung dan penyalur aspirasi mahasiswa di tingkat STAIN
c. Perencana dan penetap Garis-garis Besar Program Kerja yang telah ditetapkan
d. Melaksanakan kegiatan yang bersifat umum dan interdisipliner
e. Memberikan saran, usul dan pendapat kepada pimpinan STAIN terutama yang berkenaan dengan fungsi dan perencanaan tujuan STAIN
f. Koordinator kegiatan UKM, HMJ,Himaprodi
3. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
a. UKM berkedudukan ditingkat STAIN yang merupakan kelengkapan BEM
b. UKM mempunyai tugas pokok merencanakan dan melaksanakan kegiatan ektrakurikuler dalam bidang tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya kepada BEM
SANKSI PENDIDIKAN
1. SANSKI AKADEMIK
Mahasiswa yang melanggar ketentuan administrasi dikenai sanksi akademik sebagai berikut :
a. Mahasiswa yang terlambat membayar SPP dinyatakan Stop Out selama satu semester
b. Mahasiswa yang melakukan pendaftaran diluar waktu yang sudah ditetapkan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 1.000,- perhari
c. Mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran satu semester diwajibkan membayarkan SPP semester yang bersangkutan ditambah pembayaran denda yang ditetapkan dengan keputusan ketua STAIN
d. Mahasiswa yang tidak melakukan pendaftaran dua semester berturut-turut dikenakan sanksi akademik berupa pemutusan studi (dikeluarkan dari STAIN)
e. Mahasiswa yang tidak mengajukan program studi pada masa yang telah ditentukan tidak berhak mengikuti perkuliahan, apabila mahasiswa yang bersangkutan mengikuti ujian, nilai yang diperoleh tidak diakui
f. Mahasiswa yang kehadirannya dalam mengikuti kuliah kurang dari 75% dari kehadiran dosen dalam satu semester, tidak berhak mengikuti ujian untuk mata kuliah yang bersangkutan dan dinyatakan tidak lulus dalm mata kuliah tersebut
g. Mahasiswa yang tidak melaksanakan tugas terstruktur dan/atau tugas-tugas mandiri, kepadanya dikenakan sanksi penundaan atau pembatalan nilai yang diperolehnya oleh dosen yang bersangkutan
h. Mahasiswa yang memperoleh IP (indek prestasi) kurang dari 2.00 semester selama empat dikenakan sanksi berupa gugur studi
i. Mahasiswa yang mwenghabiskan studi lewat 14 semester tanpa alasan yang dapat diterima dan tidak menyelesaikan studi dinyatakan droup out
j. Mahasiswa yang tidak dapat menyelesaikan perbaikan skripsi selama enam bulan setelah ujian, maka nilai skripsinya dinyatakan batal dan digantikan dengan ujian skripsi berikutnya
2. SANKSI NON AKADEMIK
Mahasiswa yang melanggar ketentuan non akademik, hokum, dan moral dapat dikenakan :
a. Teguran (lisan dan tulisan)
b. Peringatan keras (membeat peringatan)
c. Skorsing dalam jangka tertentu
d. Dikeluarkan dari STAIN
Jenis hukuman diatas ditetapkan dengan keputusan ketua STAIN berdasarkan usulan senat STAIN, setelah memperoleh rekomendasi dari tim khusus dari tim khusus yang terdiri atas berbagai unsure dalam lingkungan STAIN. Pengeluaran mahasiswa dengan alasan non akademik, hanya dapat dilakukan oleh ketua STAIN berdasarkan sidang senat.
BEASISWA
Pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kerinci selama ini terdapat 3 (tiga) jenis beasiswa yang diberikan oleh pemerintah kepada mahasiswa yaitu :
1. Beasiswa Prestasi
2. Beasiswa Supersemar
3. Beasiswa Kerja
Ketentuan persyaratan untuk mendapatkan beasiswa adalah :
1. Warga Negara RI yang berjiwa pancasila
2. Terdaftar sebagai mahasiswa pada kuliah tahun yang sedang berjalan
3. Minimal telah duduk pada semester III dan maksimal semester VIII.
4. Belum menikah
5. Memiliki konduite baik dalam aktivitas belajar.
6. Menunjukkan loyalitas terhadap almamater
7. Memiliki Indek Prestasi (IP) minimal 2,75
8. Berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomis yang dinilai atas pertimangan :
a. Pekerjaan orang tua/wali yang secara ekonomis lemah antara lain :
1) Pegawai Negeri Sipil (PNS) / TNI
2) Pensiunan
3) Veteran
4) Buruh
5) Tani
6) Nelayan
7) Pedagang Kecil
8) Status lainnya
b. Besarnya penghasilan orang tua / wali
c. Jumlah tanggungan orang tua / wali
d. Yatim piatu
9. Aktif dalam kegiatan mahasiswa yang diprogramkan oleh STAIN Kerinci
10. Sehat jasmani dan rohani
11. Tidak sedang menerima mahasiswa dari pihak lain
12. Untuk beasiswa kerja harus ada persyaratan sanggup bekeja untuk kepentingan STAIN selama 1 tahun
13. Calon mahasiswa diwajibkan mengisi formulir permohonan secara lengkap dan jelas, ditulis dengan huruf cetak, tinta hitam atau diketik rangkap 2 serta disampaikan kepada STAIN melalui Subbag. Akademik /Kemahasiswaan dengan melampirkan :
a. Surat keterangan tidak mampu secara ekonomis dari kepala desa / lurah yang bersangkutan.
b. Surat keterangan tidak sedang menerima beasiswa lain yang dikeluarkan oleh Puket III.
c. Menyerahkan copy kartu hasil studi (KHS).
14. Kewajiban mahasiswa sehubungan dengan beasiswa tersebut :
a. Menggunakan dana beasiswa secara efisien untuk menunjang keberhasilan kuliah.
b. Mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar.
c. Bagi penerima beasiswa yang harus melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh STAIN Kerinci dengan sebaik-baiknya.
15. Beasiswa akan diberhentikan jika mahasiswa penerima :
a. Meninggal dunia
b. Berhenti kuliah / cuti / keluar dalam keadaan skorsing
c. Tidak naik tingkat / melewati semester yang telah ditentukan
d. Prestasi pendidikan menurun
e. Melanggar tata tertib dan ketentuan yang berlaku
f. Pertimbangan lain dari pimpinan
Visi dan Misi
Visi
- Menjadi pusat pemantapan iman, pengembangan ilmu, amal dan moral yang luhur, sebagai cerminan masyarakat yang damai sejahtera.
- Menjadi Perguruan Tinggi Islam unggulan dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
- Selalu menjadi pioneer dalam setiap pembaharuan pemikiran dan pengembangan Pendidikan Tinggi Islam.
Misi
- Mempersiapkan peserta didik memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spritual, keluasabn pengetahuan, keluhuran akhlak dan kematangan professional.
- Memberikan pelayanan yang optimal terhadap pencinta dan penggali ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu keislaman
- Memberikan ketauladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-nilai Islami dan budaya luhur bangsa Indonesia.
- Mengembangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi melalui pengkajian dan penelitian ilmiah dengan berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman.
Tujuan
- Menyiapkan peserat didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam dan tekhnologi serta seni yang benafaskan Islam.
- Mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan agama Islam dan tekhnologi serta seni yang bernafaskan Islam dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupana masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.
- Untuk merealisasikan visi dan misi di atas, STAIN Kerinci selalu berpedoman pada STATUTA STAIN Kerinci, yakni Keputusan Menteri Agama RI No. 327 tahun 1997, Keputusan Menteri Agama RI No. 294 tahun 1997 tentang organisasi dan Tata Kerja STAIN Kerinci, Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam No. E/136/1997 tentang Alih status dari Fakultas menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri PP. No. 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi dan PP. No. 61 tahun 1999 tentang penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum dan ditambah dengan Peraturan-peraturan lain.
Arti Lambang
LAMBANG STAIN KERINCI
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kerinci memiliki lambang yang terdiri dari unsur-unsur dengan inti pengertian sebagai berikut:
- Bentuk lambang berupa garis,lambang yang membentuk lima sudut, melambangkan sila-sila dari Pancasila.
- Dua bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pena, melambangkan keilmuan.
- Konpigurasi kubah masjid yang dibentuk oleh lengkungan bulu angsa dan pita, melambangkan ke Islaman.
- Kitab al-Qur'an yang terbuka, berdasarkan keilmuan Islam.
- Garis 17 pada pita, garis 8 pada kitab al-Qur'an dan garis 45 pada kedua belah bulu angsa, melambangkan hari Kemerdekaan Indonesia.
- Tiga Simpul pada pangkal bulu angsa, melambangkan kesatuan Iman Islam dan Ihsan.
- Warna dasar hijau daun, melambangkan kedamaian, dan warna kuning pada garis lengkung, melambangkan kemuliaan dan kebesaran jiwa.
- Tulisan pada pita sebelah bawah, berbunyi : STAIN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI.
- Di bawah gambar al-Qur'an adalah logo sakti Alam Kerinci
Logo Sakti Alam Kerinci dengan pengertian sebagai berikut :
- Pita sutra kuning emas bertuliskan SAKTI ALAM KERINCI, dengan dua lekuk dan ujungnya bergigi dua, berarti keagungan kesenian alam Kerinci yang merupakan pusaka turun temurun.
- Empat buah kunci yang terjalin menjadi satu, melambangkan kaum empat jenis ; Adat, Alim Ulama, Cerdik Pandai dan Pemuda.
- Keris dengan matanya tertancap ke atas berwarna hitam, melambangkan perjuangan Rakyat Kerinci.
- Gong dengan talinya yang berwarna kuning emas, melambangkan bahwa rakyat Kerinci tetap menjunjung tinggi tatacara adat.
- Lima tangga berwarna hijau tua, melambangkan bahwa rakyat Kerinci 99% beragama Islam dan berpegang teguh kepada Tuhan yang Maha Esa.
- Gunung berwarna hijaun merupakan latar belakang dari mesjid, melambangkan kesatuan dan keindahan alam Kerinci.
- Samping Kiri, terdapat setangkai padi berwarna kuning emas, melambangkan kemakmuran alam Kerinci, sedangkan sepuluh dan sebelas butir padi kiri dan kanan, melambangkan bahwa Kabupaten Kerinci lahir tanggal 10 November
- Samping kanan terdapat setangkai daun teh (warna hijau daun), melambangkan bumi Kerinci sebagai penghasil teh bermutu tinggi di dunia, sedangkan lima dan delapan daun kiri dan kanan melambangkan tahun kelahiran Kabupaten Kerinci (1958)
- Warna dasar adalah biru melambangkan kesuburan dan ketenangan.
BENDERA
Bendera STAIN Kerinci
- Bendera STAIN Kerinci berbentuk segi empat panjang, lebar 2/3 dari panjangnya.
- Bendera STAIN Kerinci berwarna dasar hijau tua, melambangkan perjuangan menegakkkan kebenaran dan pembangunan nasional.
- Di tengah-tengah bendera STAIN ada lambang STAIN Kerinci
- Di bawah lambang terdapat tulisan STAIN Kerinci
- Database Dosen STAIN Kerinci
No | NIP | Nama Dosen |
1 | 19710407 200312 2 003 | |
2 | 19750428 200212 2 002 | |
3 | 19751119 200604 1 013 | |
4 | 19780515 200604 1 004 | |
5 | 19710201 199803 1 006 | |
6 | 19660712 199803 1 002 | |
7 | 150 390 484 | |
8 | 19720609 199903 2 003 | |
9 | 19560323 198303 1 006 | |
10 | 19790925 200912 1 003 | |
11 | 19760403 200501 1 009 | |
12 | 19691124 199803 1 003 | |
13 | 19750712 200003 2 003 | |
14 | 19731226 200312 1 001 | |
15 | 19740314 199903 1 005 | |
16 | 150 295 738 | |
17 | 19840125 200901 2 007 | |
18 | 19790807 200901 1 016 | |
19 | 150 408 300 | |
20 | 19840820 200901 2 009 | |
21 | 19820327 200604 2 003 | |
22 | 19790511 200501 2 008 | |
23 | 19740719 200112 1 002 | |
24 | 19630602 199903 1 001 | |
25 | 19571105 198903 2 001 | |
26 | 19680206 199302 2 001 | |
27 | 19670710 199401 2 001 | |
28 | 19670515 200003 2 006 | |
29 | 19681231 199303 1 002 | |
30 | 19651201 199803 1 002 | |
31 | 19540113 198003 1 002 | |
32 | 19620305 199102 1 001 | |
33 | 19600804 199303 1 001 | |
34 | 19661120 199401 1 001 | |
35 | 19650926 200003 1 001 | |
36 | 19660209 200003 1 001 | |
37 | 19691231 200501 1 078 | |
38 | 19560818 198303 1 006 | |
39 | 19600820 198603 1 009 | |
40 | 19520924 198003 1 001 | |
41 | 19560310 198503 1 005 | |
42 | 19560215 198603 1 003 | |
43 | 19521106 197711 1 001 | |
44 | 19571110 198203 1 002 | |
45 | 19680527 199803 1 001 | |
46 | 19580115 198303 1 010 | |
47 | 19661231 200003 1 030 | |
48 | 19600313 198703 1 007 | |
49 | 19641231 199503 1 011 | |
50 | 19660806 200003 1 003 | |
51 | 19580918 198703 1 003 | |
52 | 19620222 199302 1 001 | |
53 | 19600402 199103 1 002 | |
54 | 19571007 198303 1 003 | |
55 | 19680612 200003 1 003 | |
56 | 19660809 200003 1 001 | |
57 | 19641024 200212 1 001 | |
58 | 19680805 200003 1 002 | |
59 | 19641225 200003 1 002 | |
60 | 19660529 199803 2 001 | |
61 | 19820619 200604 2 002 | |
62 | 19750309 200003 2 002 | |
63 | ||
64 | 19730713 200312 2 002 | |
65 | 19831129 200901 2 006 | |
66 | 19861008 200901 2 006 | |
67 | 19770512 200312 2 003 | |
68 | 19721231 200312 1 015 | |
69 | 19701129 199803 1 001 | |
70 | 19680610 200312 1 001 | |
71 | 19730605 199903 1 004 | |
72 | 19730602 200312 1 004 | |
73 | 19701212 200003 1 004 | |
74 | 19730514 199903 2 001 | |
75 | 150 230 334 | |
76 | 19660106 200604 2 001 | |
77 | 19830824 200501 2 002 | |
78 | 19631218 199403 1 001 | |
79 | 19720819 199903 1 001 | |
80 | 150 409 739 | |
81 | 19811003 200501 1 005 | |
82 | 19760206 200212 1 005 | |
83 | 150 408 900 | |
84 | 19840909 200912 1 005 | |
85 | 19790723 200912 1 001 | |
86 | 19760920 200112 2 001 | |
87 | 19751017 200901 1 015 | |
88 | 19700505 199803 1 006 | |
89 | 19730715 200312 2 001 | |
90 | 19740127 200003 2 002 | |
91 | 19710109 200312 2 003 | |
92 | 19760711 200901 1 002 | |
93 | 19740816 200501 2 003 | |
94 | 19791115 200604 1 002 | |
95 | 19801017 200501 2 005 | |
96 | 1 50 409 744 | |
97 | 150 409 497 | |
98 | 19760403 200501 2 004 | |
99 | 19660827 200604 2 002 | |
100 | 19780605 200604 1 001 | |
101 | 19781020 200501 2 006 | |
102 | 19760903 200501 1 004 | |
103 | 19571010 198403 1 001 | |
104 | 19790522 200604 2 001 | |
105 | ||
106 | 19740524 200003 2 001 | |
107 | 19720402 199803 1 004 | |
108 | 19830122 200312 2 001 | |
109 | 19730122 200003 1 002 | |
110 | 19830918 200501 1 001 | |
111 | 19691222 200112 1 001 | |
112 | ||
113 | 19790720 200901 2 012 | |
114 | 19690607 200312 1 002 | |
115 | 19721011 199903 1 002 | |
116 | 19700311 200501 1 003 | |
117 | 19750811 200012 1 003 | |
118 | 19761101 200312 2 005 | |
119 | 19550311 197903 1 004 | |
120 | 19820512 200901 2 012 | |
121 | 19770513 200901 1 018 | |
122 | 19770513 200901 1 018 | |
123 | 19701110 199803 1 005 | |
124 | 150 408 301 | |
125 | ||
126 | 19750616 200003 2 004 | |
127 | 19721231 199803 1 010 | |
128 | 150 208 203 | |
129 | 19780611 200501 2 005 | |
130 | 19720525 200501 1 003 | |
131 | 19761128 200312 2 001 |
KURIKULUM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Smt | KODE | Mata Kuliah | SKS |
I | STAI 01 | Met. Studi Islam | 3 |
STAI 02 | Tauhid / Ilmu Kalam | 3 | |
STAI 04 | Pancasila | 2 | |
STAI 05 | Civid Education | 2 | |
STAI 07 | Tahsinul Qur'an | 2 | |
TAR 08 | Bahasa Arab I | 2 | |
TAR 09 | Bahasa Inggris I | 2 | |
TAR 10 | Bahasa Indonesia | 2 | |
PAI 41 | Pend. Akhlak Islam I | 2 | |
II | TAR 08 | Bahasa Arab 2 | 3 |
TAR 09 | Bahasa Inggris 2 | 2 | |
TAR 10 | Bahasa Indonesia 2 | 2 | |
TAR 11 | Ulumul Qur'an | 3 | |
TAR 15 | Ilmu Fiqh | 4 | |
PAI 22 | Ilmu Pendidikan | 3 | |
PAI 23 | Filsafat Pendidikan | 3 | |
PAI 38 | Adat & Budaya Krc. | 2 | |
PAI 42 | Pandidikan Akhlak Islam 2 | 2 | |
STAIN 03 | Akhlak Tasawuf | 3 | |
III | STAI 06 | Praktek Ibadah | 2 |
TAR 08 | Bahasa Arab 3 | 2 | |
TAR 09 | Bahasa Inggris 3 | 2 | |
TAR 12 | Ulumul Hadits | 3 | |
TAR 20 | Ushul Fiqh | 3 | |
PAI 24 | Ilmu Pendidikan Islam I | 2 | |
PAI 25 | Administrasi Pendidikan | 3 | |
PAI 44 | Sej. Pend. Islam di Indonesia | 2 | |
PAI 28 | Teknologi Pendidikan | 2 | |
IV | TAR 08 | Bahasa Arab 4 | 3 |
TAR 09 | Bahasa Inggris 4 | 2 | |
TAR 16 | Filsafat Ilmu | 3 | |
PAI 24 | Ilmu Pendd. Islam 2 | 2 | |
PAI 29 | Supervisi Pendidikan | 3 | |
PAI 30 | Evaluasi Pemblj. PAI | 3 | |
PAI 31 | Media Pemblj. PAI | 4 | |
PAI 32 | Strategi Pemblj. PAI | 2 | |
PAI 47 | Psikologi Perkembg | 2 | |
PAI 48 | Bimbingan & Konseling | 2 | |
V | TAR 13 | Tafsir Tarbawi | 3 |
TAR 14 | Hadits Tarbawi | 3 | |
PAI 34 | Statistik Pendidikan | 3 | |
TAR 17 | Metodologi Pendidikan | 3 | |
PAI 26 | Fil. Pendidikan Islam I | 2 | |
PAI 33 | Pengembangan Kurikulum PAI | 3 | |
PAI 35 | Disain Instruksional PAI | 3 | |
VI | TAR 18 | Bimbingan Skripsi | 3 |
TAR 19 | Sej. Peradb. Islam | 2 | |
PAI 26 | Fils. Pendd. Islam 2 | 3 | |
PAI 36 | Profesi & Etika Keguruan | 3 | |
PA 45 | Psikologi Pendidikan | 3 | |
PAI 46 | Psikologi Agama | 3 | |
PAI 49 | Sosiologi Pendidikan | 3 | |
VII | PAI 29 | Supervisi Pendidikan | 3 |
PAI 30 | EvaluasiPembelajaran PAI | 3 | |
PAI 31 | PPL | 4 | |
VIII | Komprehensip Jur. PAI | 3 | |
Ujian Komprehensip | 2 | ||
Praktik Kompetensi | 3 | ||
PAI 50 | KUKERTA BKK | 4 |
Langganan:
Postingan (Atom)